GACIMANG : Ajarkan Kecintaan terhadap Mangrove Sejak Dini
Dalam menyelenggarakan sebuah bakti sosial sebagai
sarana pengabdian masyarakat haruslah dipikirkan cara yang seefisien dan
seefektif mungkin. Walaupun dengan dana seadanya namun haruslah bisa memberikan
manfaat yang sedemikian banyaknya, lewat satu pengabdian namun harus menebarkan
sejuta manfaat. Untuk itulah kreatifitas dan inovasi benar-benar dibutuhkan
dalam mengonsep sebuah bakti sosial. Konten acara, bentuk persembahan, haruslah
yang benar-benar dibutuhkan, sesuai dengan suatu wilayah dan mampu memberikan
manfaat yang maksimal untuk masyarakatnya.
Berawal dari melihat kondisi anak-anak di daerah
pesisir Desa Purworejo, Demak, yang
relatif belum tahu tentang mangrove, Gerakan Cinta Mangrove (GACIMANG) menjadi
salah satu gerakan yang menginspirasi untuk mengenalkan dan mengajarkan
kecintaan terhadap mangrove sejak dini. hal inilah yang dilakukan oleh
Mahasiswa Undip. Adalah Hartina Ningsih (Kimia, 2014), Nur Shabrina Fadlin
Sarah (Kimia, 2014), Tri Yuliyanti (Kimia 2013), Deni Faizal Zulang Riyadi
(Teknik Mesin, 2013) dan Bayu Siswo Wibowo (Teknik Mesin, 2013), yang tergabung
dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat 2017, yang dibimbing
oleh Dr. Erma Prihastanti M.Si. “Pemilihan
sasaran ini, dikarenakan anak-anak merupakan generasi muda yang akan
melanjutkan perjuangan, terutama terkait mangrove di Desa Purworejo tersebut,”
tegas TIM GACIMANG..
Gerakan cinta mangrove ini berisi rangkaian kegiatan
yang dijalankan sejak bulan April 2017 yang diikuti oleh anak-anak mulai
dari TK sampai SD kelas 6 dengan sangat antusias. Dalam menunmbuhkan kecintaan terhadap
mangrove, kegiatan ini dikemas dengan metode Fun Learning sehingga
anak-anak dapat dengan mudah menyerap apa yang diajarkan. Rangkaian kegiatan GACIMANG ini diantaranya,
pengenalan mangrove yang disampaikan melalui dongeng, nonton bareng, mewarnai,
dan games, tanam bibit mangrove, lomba mangrove, dan pemilihan duta
mangrove bersama kakak pembimbingnya. Pemilihan duta mangrove dan kakak
pembimbingnya ini dilakukan sebagai media agar keberlangsungan dalam
penyampaian terkait mangrove tidak berhenti begitu saja, atau istilahnya tidak
terhalang oleh waktu.“Semoga anak-anak
disana lebih peduli dan cinta terhadap mangrove, dan lebih banyak mengajak
teman-temannya untuk bergerak bersama menciptakan sabuk pesisir yang tangguh
didaerahnya. Serta masyarakat sekitar yang juga mendukung dan bergerak
mewujudkan rasa kecintaan mangrove disana”, tambah Hartina. (Polimer/YR)
0 komentar:
Posting Komentar