Antibiotik
adalah obat yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
infeksi. Obat ini telah digunakan untuk melawan infeksi berbagai bakteri pada
tumbuhan, hewan, dan manusia sejak tahun 1930-an.
1. Penisilin (Penicillins)
Penisilin atau
antibiotik beta-laktam adalah kelas antibiotik yang merusak dinding sel bakteri
saat bakteri sedang dalam proses reproduksi.
Penisilin
adalah kelompok agen bakterisida yang terdiri dari penisilin G, penisilin V,
ampisilin, tikarsilin, kloksasilin, oksasilin, amoksisilin, dan nafsilin. Antibiotik
ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berkaitan dengan kulit, gigi, mata,
telinga, saluran pernapasan, dll.
Sebagian orang
mungkin mengalami alergi terhadap penisilin dengan keluhan ruam atau demam
karena hipersensitivitas terhadap antibiotik. Seringkali penisilin diberikan
dalam kombinasi dengan berbagai jenis antibiotik lainnya.
2. Sefalosporin (Cephalosporins)
Sefalosporin,
seperti penisilin, bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri
selama reproduksi. Namun, antibiotik ini mampu mengobati berbagai infeksi
bakteri yang tidak dapat diobati dengan penisilin, seperti meningitis,
gonorrhea, dll.
Dalam kasus
dimana orang sensitif terhadap penisilin, maka sefalosporin bisa diberikan
sebagai alternatif. Namun, dalam banyak kasus, ketika seseorang alergi terhadap
penisilin, maka kemungkinan besar dia akan alergi terhadap sefalosporin juga.
Ruam, diare,
kejang perut, dan demam adalah efek samping dari antibiotik ini.
3. Aminoglikosida (Aminoglycosides)
Jenis
antibiotik ini menghambat pembentukan protein bakteri. Karena efektif dalam
menghambat produksi protein bakteri, aminoglikosida diberikan antara lain untuk
mengobati tifus dan pneumonia.
Meskipun
efektif dalam mengobati bakteri penyebab infeksi, terdapat risiko bakteri
semakin tahan terhadap antibiotik ini. Aminoglikosida juga diberikan dalam
kombinasi dengan penisilin atau sefalosporin.
Aminoglikosida
efektif mengendalikan dan mengobati infeksi bakteri, namun berpotensi
melemahkan ginjal dan fungsi hati.
4. Makrolida (Macrolides)
Sama seperti
sebelumnya, antibiotik ini mengganggu pembentukan protein bakteri. Makrolida
mencegah biosintesis protein bakteri dan biasanya diberikan untuk mengobati
pasien yang sangat sensitif terhadap penisilin.
Makrolida
memiliki spektrum lebih luas dibandingkan dengan penisilin dan digunakan untuk
mengobati infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran lambung, dll. Ketidaknyamanan
pencernaan, mual, dan diare adalah beberapa efek samping dari makrolida. Selain
itu, wanita hamil dan menyusui tidak boleh mengonsumsi makrolida.
5. Sulfonamida (Sulfonamides)
Obat ini
efektif mengobati infeksi ginjal, namun sayangnya memiliki efek berbahaya pada
ginjal. Untuk mencegah pembentukan kristal obat, pasien harus minum sejumlah
besar air . Salah satu obat sulfa yang paling sering digunakan adalah
gantrisin.
6. Fluoroquinolones
Fluoroquinolones
adalah satu-satunya kelas antibiotik yang secara langsung menghentikan sintesis
DNA bakteri. Karena dapat diserap dengan sangat baik oleh tubuh,
fluoroquinolones dapat diberikan secara oral.
Antibiotik ini
dianggap relatif aman dan banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran
kemih dan saluran pernapasan. Namun, fluoroquinolones diduga mempengaruhi
pertumbuhan tulang. Itu sebab, obat ini tidak direkomendasikan untuk wanita
hamil atau anak-anak.
Efek samping
yang sering timbul meliputi mual, muntah, diare, dll
7. Tetrasiklin (tetracyclines) dan
polipeptida (polypeptides)
Tetrasiklin
adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk mengobati berbagai infeksi
seperti infeksi telinga tengah, saluran pernafasan, saluran kemih, dll. Pasien
dengan masalah hati harus hati-hati saat mengambil tetrasiklin karena dapat
memperburuk masalah.
Polipeptida
dianggap cukup beracun sehingga terutama digunakan pada permukaan kulit saja. Ketika
disuntikkan ke dalam kulit, polipeptida bisa menyebabkan efek samping seperti
kerusakan ginjal dan saraf.
By :
Queen_Foe
Dikutip dari : www.amazine.co
0 komentar:
Posting Komentar